Jumat, 28 Maret 2014

KAN KU TEPATI JANJIKU AYAH



KAN KU TEPATI  JANJIKU AYAH
Disebuah hutan yang amat sepi tidak ada permukiman dan warga yang terdapat dalam hutan tersebut, tetapi ada satu rumah kuwuh, sudah tidak bisa berdiri kokoh dan hanya terbuat dari kayu-kayu kecil dan Koran yang sudah sangat lama. Di dalam rumah tersebut terdapat sepasang suami istri, yang istrinya sedang hamil 9 bulan, sepertinya keluarga ini bahagia, tentram dan nyaman meskipun keadaannya tidak stabil. Di malam hari istrinya akan melahirnya, terpaksa suaminya yang mengurusi kelahiran anak pertamanya itu, berapa jam kemudian anak pertamanya pun melahirkan tetapi ibu anak itu tidak terselamatkan, suaminya pun menangis histeris karena sudah takdir yang di tentukan akhirnya suami tersebut merelakan meninggalnya istrinya itu, begitu pula dengan proses menguburkannya, suami itu bingung karena untuk mencari air karena kekeringan, suami itu terpaksa tidak memandikannya, dan langsung dikuburkan.
          Beberapa tahun kemudian anak itu sudah dewasa, dan di beri nama Puri, seharusnya Puri sekolah karena jauh pemukiman terpaksa Puri hanya tinggal dirumah memasak untuk ayahnya.
          “Ya Allah……. Semoga Puri menjadi orang yang sukses di alam ini, janganlah engkau menambah deritaku dan Puri cukuplah aku kehilangan istriku dan janganlah engkau mengambil kebahagiaanku dan anakku.” Ayah……., makanannya sudah selesai, ee…..”  (Puri berhenti bicara ketika melihat ayahnya menangis) ayah menangis ?? ……. “
“Tidak….. hanya kelilipan …… ayo kita makan ……”
“Ayah jangan bohong pada Puri, Puri tahu ayah menangis”
“Sudahlah Puri …… ayolah kita makan, entar keburu dingin (sambil berjalan ke tempat makan)” makanpun selesai dan mereka langsung beristirahat.
          Pada malam harinya ayah pun tersebut menulis diatas kertas putih, ayah Puri menulis tentang isi hatinya yang  sudah tidak kuat lagi untuk bertahan hidup esok pagi Puri akan kepemukiman warga untuk mencari pekerjaan, sebelum pergi pun khawatir dengan ayahnya, tetapi Puri sedah mempersiapkan makanan dan buah-buahan untuk ayah sehari penuh.
“Ayah …. Puri pergi dulu …. Ayah baik-baik ya di sini, Puri sudah siapin makanan buat Ayah, kalau tidak salah pun akan pergi sekitar satu hari penuh”
“Ya …. Hati-hati di luar sana karena banyak kejahatan,
“Ya Ayah …. (sambil menciumi tangan ayahnya)
Mereka berdua saling berpelukan dan  menangis.

Sedangkan ayahnya di rumah khawatir dengan Puri karena dia masih sangat kecil belum pantas untuk bekerja apalagi Puri adalah perempuan, tetapi ayahnya percaya pada Puri, karena Puri adalah sosok anak yang cerdas, pantang menyerah, dan sabar apa yang telah menimpanya, tiba-tiba dada ayah Puri terasa sakit, padahal ayah pun istirahat, dalam mimpi ayah Puri terdapat suatu bukit yang membentang alam, suasana tersebut sunyi, tenang di suatu sudut terdapat seorang wanita yang menerangi suasana itu, wanita itu seperti berumur 17-20 , ketika ayah Puri mendekatinya wanita itu berkata.
“engkau telah membesarkan anak kita, membahagiakannya, tapi janganlah engkau meninggalkannya, tolong lindungi dia”
“Istriku …. Apakah itu engkau”
“Ya…..”
“Sekarang anak kita sudah besar, tapi aku tidak kuat dengan cobaan ini, aku ingin bersamamu selamanya di sini”
“Jangan…. anak kita masih butuh kasih sayang orang tua meskipun ibunya telah tiada,hanyalah engkau, yang bisa, memberi kasih sayang itu”
“Tapi ….”
“Engkau boleh ikut denganku disini tapi engkau harus izin dulu ke anak kita,
“Baiklah ….”

          Puri bersusah payah mencari pekerjaan dia juga masih kecil seharusnya Puri sekolah bukan bekerja, tapi dengan semangat dia, dia berusaha mencari pekerjaan apapun yang penting di tepi jalan terdapat warung nasi, yang sangat sepi, tidak ada pelanggan satu pun. Puri pun menghampiri warung tersebut yang takkala di dalam tersebut ada seorang nenek tua yang sedang menangis.
“Mengapa nenek menangis ?”
“Dan tadi pagi tidak ada pelanggan satupun,
Tadi memang ada pelanggan satu tapi dia tidak bayar malah kabur dengan membawa nasi bungkus”
“Kalau begitu bolehlah saya bekerja dengan nenek dan akan mengembangkan warung nasi ini,”
“Tetapi gajinya tidak besar”
“Tidak apa-apa, kalau malah gaji gak usah, di beri makan pun saya senang”
“Makasih kamu mau bekerja dan membantu nenek”
“Kalau boleh tahu siapa nama nenek?”
“Sampai lupa memperkenalkan nama nenek, manggil aja Mbok Warni, kalau kamu nak”
“Saya Puri nek … eh Mbok Warni sampai lupa …”
Akhirnya Puri dan Mbok Warni belanja ke pasar membeli bahan untuk di masak dan di jual, begitu pula Puri yang sangat pintar memasak. Puri ingin memasak yang sangat unik akhirnya Puri menemukannya, Puri menggalikan poster yang masih tertulis nasi bungkus, dan akhirnya orang-orang pada penasaran untuk mencicipin makanan anak itu, dan akhirnya warung mbok warni terkenal di kalangan masyarakat desa tersebut.

Puri  pulang dengan membawa makanan untuk ayahnya, setibanya di rumah Puri masih melihat ayahnya yang sedang tidur terlelap, setelah Puri menghampiri ayahnya Puri melihat selembar kertas yang tertulis “untuk : Puri anakku” Puri pun lansung mengambil surat itu dan membacanya
Puri anakku… maafkan ayah tidak bisa membahagiakanmu dari kecil hingga sekarang, yang ayah inginkan adalah kamu harus optimis untuk menghadapi cobaan ini, meskipun ayah tidak ada disampingmu, semoga Puri bisa menjaga diri Puri dan raihlah cita-cita, jangan seperti ayah….dalam mimpi ayah, ayah bertemu dengan ibumu, ayah ingin ikut bersama ibumu selamanya, tapi ayah harus ninggalin Puri, ayah izin ke Puri untuk pergi selamanya…”
Ayah
  ttd
Tetesan air mata Puri begitu deras saat membaca surat dari ayahnya itu. Yang akan pergi selamanya, Puri pusing dan bingung apa yang harus di perbuat oleh Puri, karena Puri hanya sendiri di rumah itu, dengan rasa sedih Puri berusaha untuk menguburkan ayahnya. Sepanjang perjalanan mencari air sambil menangis Puri merasa letih, tapi dengan kata-kata ayahnya “Harus Selalu Optimis” Puri pun tetap melanjutkannya, akhirnya Puri menemukan air tapi sangat jauh dari rumah, Puri pun pulang lagi untuk mengambil ayahnya yang akan di mandikan.
“Ya Allah, begitu berat cobaan yang engkau berikan padaku”.
Setelah sampai di rumah Puri masih membuat alat yang bisa untuk mengantarkan ayahnya ke sungai, setelah ke sungai. Di tengah perjalanan hujan turun deras, Puri kaget dengan apa yang terjadi pada dunia ini. Puri pun berhenti dalam perjalanan ke sungai. Puri memutuskan untuk memandikan ayahnya dengan air hujan, setelah hujannya berhenti Puri melanjutkannya dengan mengubur ayahnya. Peristiwa ini berlangsung selama 1 hari, jadi Puri mengubur ayahnya pada adzan isya.

Beberapa tahun kemudian Puri sudah tidak tinggal lagi dirumahnya melainkan tinggal di mbok warni, mumpung mbok warni tinggal sendirian, jadi Puri yang menemaninya. Puri merasa seperti anaknya mbok warni karena mbok warni begitu baik pada Puri, Puri di anggap sebagai anak kandungnya,
“Mbok kalau boleh, Puri pengen banget buka lestoran kecil-kecilan? itu pun kalau mbok tidak keberatan untuk mengubah warung ini menjadi lestoran kecil-kecilan !
“Mbok sich …. boleh-boleh aja tapi apakah cukup uang kita untuk membuat lestoran kecil-kecilan”
“Nah … kita nabung aja atau ngumpulin uang dulu sampai banyak, lalu kita buka restoran kecil-kecilan kita harus optimis dan pantang menyerah”
“Wah… Puri semangat sekali …”
“Dengan mencapai cita-citaku yang ingin banget aku capai apapun resikonya meskipun itu berat aku harus usaha”
“Mbok salut sama Puri, padahal Puri seharusnya  sekolah bukan bekerja keras seperti ini”
(Puri hanya tersenyum)
“Mbok …. Puri lama tidak jenguk makam ayah, ibu”
“Kalau begitu kita tutup dulu warung ini, mbok akan antarin Puri kesana …”
“Makasih mbok (sambil memeluk mbok warni )”
          Puri dan mbok warni pergi ke makam ayah dan ibu Puri yang teriak ditengah-tengah hutan setelah sampai, Puri kaget dengan keadaan yang ada di situ, yaitu terdapat beberapa rumah dan juga lumayan rame dan pada waktu dulu yang sangat sepi dan tentram namun Puri tidak mengomentari keadaan itu yang penting dia berada di depan makam urang tuanya, ternyata sudah banyak sekumpulan yang menutupi batu nisan dan makamnya, Puri pun membersihkannya lalu menyiramnya makam orangtuanya
“Ibu, ayah, …. Puri kangen banget, kapan ya Puri bisa ikut dengan ayah, ibu, Puri sekarang sudah dewasa dan pun Puri janji akan meraih cita-cita Puri, apa yang telah katakana oleh ayah, Puri juga kangen sama ibu meskipun Puri tidak tahu wajah itu tapi Puri bisa merasakan kasih sayang ibu pada Puri saat Puri ada di dalam kandungan semoga ibu, ayah bahagia di alam sana. (sambil meneteskan air mata yang mengalir di pipi Puri )
“Sudahlah Puri jangan menangis, kasihan ayah, ibumu saat mengetahui anaknya menangis dan bersedih, tersenyumlah Puri ??”
“Makasih Mbok, hanya mbok satu-satunya yang aku anggap sebagai ibu kandungku dan ya mengerti aku” (Mbok Warni hanya tersenyum)
          Hari sudah hampir petang, Puri dan mbok warni pulang ke rumah dan langsung istirahat.

10 tahun kemudian Puri menjadi orang sukses yang mempunyai restoran kue, ada salah satu pelanggan yang ingin melamar Puri, memang sudah saatnya Puri mempunyai pendamping hidup, dan untuk melindungi dia selama dia masih hidup, tapi Puri masih ragu dengan lamaran itu karena dia belum kenal banget latar belakang dia dan sifat dia, tapi akhir-akhir ini banyak yang melamar Puri, tapi Puri menolaknya.
          Pada malam hari Puri mendapat sms dari pegawai cowoknya, Puri kenal banget, dengan kata sms itu, dan Puri juga dekata dengan pegawainya itu Puri pegawainya yang pertama kali daftar saat restoran kuenya pertama berdiri berapa bulan Puri sangat lengket dengan pegawainya yang kala lainnya sudah pacaran, pegawinya itu ingin melamar Puri, tapi Puri ragu dengan itu semua.
“Kamu tidak perlu menjawab sekarang, aku tunggu kamu di taman belakang besok, dan juga aku tunggu jawaban dari aku”
“Baiklah, aku akan datang besok di taman belakang, tapi …. ???’’
“Sudahlah aku akan datang ….”
Pegawainya itu, Puri duduk di sebelahnya mereka saling diam selama 5 menit, lalu Puri angkat bicara
“Aku terima lamaranmu, tapi …”
“Aku tidak mempunyai wali yang akan datang dan merestui pernikahan kita”
“Emmmm …
“Mereka berdua bingung tapi dengan kekuatan cinta mereka, mereka bisa menikah dengan sah menjadi sepasang suami istri dan hidup bahagia.
Ayah …. Sekarang Puri sudah menjadi seorang pengusaha restoran kue terkenal …
Makasih atas bimbingan ayah, kasih sayang yang tulus yang di berikan kepada Puri.
Puri sekarang sudah punya pendamping hidup yang sayang Puri sampai mati, Puri sudah mencapai cita-cita Puri, sekali lagi Puri ucap makasih atas semangat ayah yang di berikan kepada Puri, Puri kangen sama ayah, ibu”


THE END
   
             
  
 
                            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar