KAN
KU TEPATI JANJIKU
AYAH

Disebuah
hutan yang amat sepi tidak ada permukiman dan warga yang terdapat dalam hutan
tersebut, tetapi ada satu rumah kuwuh, sudah tidak bisa berdiri kokoh dan hanya
terbuat dari kayu-kayu kecil dan Koran yang sudah sangat lama. Di dalam rumah
tersebut terdapat sepasang suami istri, yang istrinya sedang hamil 9 bulan,
sepertinya keluarga ini bahagia, tentram dan nyaman meskipun keadaannya tidak
stabil. Di malam hari istrinya akan melahirnya, terpaksa suaminya yang mengurusi
kelahiran anak pertamanya itu, berapa jam kemudian anak pertamanya pun
melahirkan tetapi ibu anak itu tidak terselamatkan, suaminya pun menangis
histeris karena sudah takdir yang di tentukan akhirnya suami tersebut merelakan
meninggalnya istrinya itu, begitu pula dengan proses menguburkannya, suami itu
bingung karena untuk mencari air karena kekeringan, suami itu terpaksa tidak
memandikannya, dan langsung dikuburkan.
Beberapa tahun kemudian anak itu sudah
dewasa, dan di beri nama Puri, seharusnya Puri sekolah karena jauh pemukiman
terpaksa Puri hanya tinggal dirumah memasak untuk ayahnya.
“Ya Allah……. Semoga Puri menjadi orang
yang sukses di alam ini, janganlah engkau menambah deritaku dan Puri cukuplah
aku kehilangan istriku dan janganlah engkau mengambil kebahagiaanku dan anakku.”
Ayah……., makanannya sudah selesai, ee…..”
(Puri berhenti bicara ketika melihat ayahnya menangis) ayah menangis ??
……. “

“Ayah jangan
bohong pada Puri, Puri tahu ayah menangis”
“Sudahlah Puri
…… ayolah kita makan, entar keburu dingin (sambil berjalan ke tempat makan)”
makanpun selesai dan mereka langsung beristirahat.
Pada malam harinya ayah pun tersebut
menulis diatas kertas putih, ayah Puri menulis tentang isi hatinya yang sudah tidak kuat lagi untuk bertahan hidup
esok pagi Puri akan kepemukiman warga untuk mencari pekerjaan, sebelum pergi
pun khawatir dengan ayahnya, tetapi Puri sedah mempersiapkan makanan dan
buah-buahan untuk ayah sehari penuh.
“Ayah …. Puri
pergi dulu …. Ayah baik-baik ya di sini, Puri sudah siapin makanan buat Ayah, kalau
tidak salah pun akan pergi sekitar satu hari penuh”
“Ya ….
Hati-hati di luar sana karena banyak kejahatan,
“Ya Ayah ….
(sambil menciumi tangan ayahnya)
Mereka
berdua saling berpelukan dan menangis.
Sedangkan
ayahnya di rumah khawatir dengan Puri karena dia masih sangat kecil belum
pantas untuk bekerja apalagi Puri adalah perempuan, tetapi ayahnya percaya pada
Puri, karena Puri adalah sosok anak yang cerdas, pantang menyerah, dan sabar
apa yang telah menimpanya, tiba-tiba dada ayah Puri terasa sakit, padahal ayah
pun istirahat, dalam mimpi ayah Puri terdapat suatu bukit yang membentang alam,
suasana tersebut sunyi, tenang di suatu sudut terdapat seorang wanita yang
menerangi suasana itu, wanita itu seperti berumur 17-20 , ketika ayah Puri
mendekatinya wanita itu berkata.
“engkau
telah membesarkan anak kita, membahagiakannya, tapi janganlah engkau
meninggalkannya, tolong lindungi dia”

“Ya…..”
“Sekarang anak
kita sudah besar, tapi aku tidak kuat dengan cobaan ini, aku ingin bersamamu
selamanya di sini”
“Jangan…. anak
kita masih butuh kasih sayang orang tua meskipun ibunya telah tiada,hanyalah
engkau, yang bisa, memberi kasih sayang itu”
“Tapi ….”
“Engkau boleh
ikut denganku disini tapi engkau harus izin dulu ke anak kita,
“Baiklah ….”
Puri bersusah payah mencari pekerjaan
dia juga masih kecil seharusnya Puri sekolah bukan bekerja, tapi dengan
semangat dia, dia berusaha mencari pekerjaan apapun yang penting di tepi jalan
terdapat warung nasi, yang sangat sepi, tidak ada pelanggan satu pun. Puri pun
menghampiri warung tersebut yang takkala di dalam tersebut ada seorang nenek
tua yang sedang menangis.
“Mengapa nenek
menangis ?”
“Dan tadi
pagi tidak ada pelanggan satupun,
Tadi memang
ada pelanggan satu tapi dia tidak bayar malah kabur dengan membawa nasi bungkus”
“Kalau begitu
bolehlah saya bekerja dengan nenek dan akan mengembangkan warung nasi ini,”
“Tetapi gajinya
tidak besar”
“Tidak apa-apa,
kalau malah gaji gak usah, di beri makan pun saya senang”
“Makasih kamu
mau bekerja dan membantu nenek”
“Kalau boleh tahu siapa nama nenek?”

“Saya Puri
nek … eh Mbok Warni sampai lupa …”
Akhirnya
Puri dan Mbok Warni belanja ke pasar membeli bahan untuk di masak dan di jual,
begitu pula Puri yang sangat pintar memasak. Puri ingin memasak yang sangat
unik akhirnya Puri menemukannya, Puri menggalikan poster yang masih tertulis
nasi bungkus, dan akhirnya orang-orang pada penasaran untuk mencicipin makanan
anak itu, dan akhirnya warung mbok warni terkenal di kalangan masyarakat desa
tersebut.
Puri pulang dengan membawa makanan untuk ayahnya,
setibanya di rumah Puri masih melihat ayahnya yang sedang tidur terlelap,
setelah Puri menghampiri ayahnya Puri melihat selembar kertas yang tertulis
“untuk : Puri anakku” Puri pun lansung mengambil surat itu dan membacanya
“Puri anakku… maafkan ayah tidak bisa
membahagiakanmu dari kecil hingga sekarang, yang ayah inginkan adalah kamu
harus optimis untuk menghadapi cobaan ini, meskipun ayah tidak ada disampingmu,
semoga Puri bisa menjaga diri Puri dan raihlah cita-cita, jangan seperti
ayah….dalam mimpi ayah, ayah bertemu dengan ibumu, ayah ingin ikut bersama
ibumu selamanya, tapi ayah harus ninggalin Puri, ayah izin ke Puri untuk pergi
selamanya…”
Ayah
ttd
Tetesan
air mata Puri begitu deras saat membaca surat dari ayahnya itu. Yang akan pergi
selamanya, Puri pusing dan bingung apa yang harus di perbuat oleh Puri, karena Puri
hanya sendiri di rumah itu, dengan rasa sedih Puri berusaha untuk menguburkan
ayahnya. Sepanjang perjalanan mencari air sambil menangis Puri merasa letih,
tapi dengan kata-kata ayahnya “Harus Selalu Optimis” Puri pun tetap melanjutkannya,
akhirnya Puri menemukan air tapi sangat jauh dari rumah, Puri pun pulang lagi
untuk mengambil ayahnya yang akan di mandikan.

Setelah
sampai di rumah Puri masih membuat alat yang bisa untuk mengantarkan ayahnya ke
sungai, setelah ke sungai. Di tengah perjalanan hujan turun deras, Puri kaget
dengan apa yang terjadi pada dunia ini. Puri pun berhenti dalam perjalanan ke
sungai. Puri memutuskan untuk memandikan ayahnya dengan air hujan, setelah hujannya
berhenti Puri melanjutkannya dengan mengubur ayahnya. Peristiwa ini berlangsung
selama 1 hari, jadi Puri mengubur ayahnya pada adzan isya.
Beberapa
tahun kemudian Puri sudah tidak tinggal lagi dirumahnya melainkan tinggal di
mbok warni, mumpung mbok warni tinggal sendirian, jadi Puri yang menemaninya. Puri
merasa seperti anaknya mbok warni karena mbok warni begitu baik pada Puri, Puri
di anggap sebagai anak kandungnya,
“Mbok kalau
boleh, Puri pengen banget buka lestoran kecil-kecilan? itu pun kalau mbok tidak
keberatan untuk mengubah warung ini menjadi lestoran kecil-kecilan !
“Mbok sich
…. boleh-boleh aja tapi apakah cukup uang kita untuk membuat lestoran
kecil-kecilan”

“Wah… Puri
semangat sekali …”
“Dengan mencapai
cita-citaku yang ingin banget aku capai apapun resikonya meskipun itu berat aku
harus usaha”
“Mbok salut
sama Puri, padahal Puri seharusnya sekolah bukan bekerja keras seperti ini”
(Puri hanya
tersenyum)
“Mbok …. Puri
lama tidak jenguk makam ayah, ibu”
“Kalau begitu
kita tutup dulu warung ini, mbok akan antarin Puri kesana …”
“Makasih mbok
(sambil memeluk mbok warni )”
Puri dan mbok warni pergi ke makam
ayah dan ibu Puri yang teriak ditengah-tengah hutan setelah sampai, Puri kaget
dengan keadaan yang ada di situ, yaitu terdapat beberapa rumah dan juga lumayan
rame dan pada waktu dulu yang sangat sepi dan tentram namun Puri tidak
mengomentari keadaan itu yang penting dia berada di depan makam urang tuanya,
ternyata sudah banyak sekumpulan yang menutupi batu nisan dan makamnya, Puri
pun membersihkannya lalu menyiramnya makam orangtuanya
“Ibu, ayah,
…. Puri kangen banget, kapan ya Puri bisa ikut dengan ayah, ibu, Puri sekarang
sudah dewasa dan pun Puri janji akan meraih cita-cita Puri, apa yang telah
katakana oleh ayah, Puri juga kangen sama ibu meskipun Puri tidak tahu wajah
itu tapi Puri bisa merasakan kasih sayang ibu pada Puri saat Puri ada di dalam kandungan
semoga ibu, ayah bahagia di alam sana. (sambil meneteskan air mata yang
mengalir di pipi Puri )

“Makasih
Mbok, hanya mbok satu-satunya yang aku anggap sebagai ibu kandungku dan ya mengerti
aku” (Mbok Warni hanya tersenyum)
Hari sudah hampir petang, Puri dan
mbok warni pulang ke rumah dan langsung istirahat.
10
tahun kemudian Puri menjadi orang sukses yang mempunyai restoran kue, ada salah
satu pelanggan yang ingin melamar Puri, memang sudah saatnya Puri mempunyai
pendamping hidup, dan untuk melindungi dia selama dia masih hidup, tapi Puri
masih ragu dengan lamaran itu karena dia belum kenal banget latar belakang dia
dan sifat dia, tapi akhir-akhir ini banyak yang melamar Puri, tapi Puri menolaknya.
Pada malam hari Puri mendapat sms dari
pegawai cowoknya, Puri kenal banget, dengan kata sms itu, dan Puri juga dekata dengan
pegawainya itu Puri pegawainya yang pertama kali daftar saat restoran kuenya
pertama berdiri berapa bulan Puri sangat lengket dengan pegawainya yang kala
lainnya sudah pacaran, pegawinya itu ingin melamar Puri, tapi Puri ragu dengan
itu semua.
“Kamu tidak
perlu menjawab sekarang, aku tunggu kamu di taman belakang besok, dan juga aku
tunggu jawaban dari aku”
“Baiklah,
aku akan datang besok di taman belakang, tapi …. ???’’
“Sudahlah aku
akan datang ….”
Pegawainya
itu, Puri duduk di sebelahnya mereka saling diam selama 5 menit, lalu Puri
angkat bicara
“Aku terima
lamaranmu, tapi …”

“Emmmm …
“Mereka berdua
bingung tapi dengan kekuatan cinta mereka, mereka bisa menikah dengan sah
menjadi sepasang suami istri dan hidup bahagia.
Ayah
…. Sekarang Puri sudah menjadi seorang pengusaha restoran kue terkenal …
Makasih
atas bimbingan ayah, kasih sayang yang tulus yang di berikan kepada Puri.
Puri
sekarang sudah punya pendamping hidup yang sayang Puri sampai mati, Puri sudah
mencapai cita-cita Puri, sekali lagi Puri ucap makasih atas semangat ayah yang
di berikan kepada Puri, Puri kangen sama ayah, ibu”
THE
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar